Pengertian Zakat Fitrah dalam Islam
Zakat fitrah adalah zakat khusus yang diwajibkan atas setiap individu Muslim tanpa terkecuali. Kewajiban ini berlaku bagi laki-laki dan perempuan, anak-anak maupun orang dewasa, orang tua maupun bayi yang baru lahir sebelum maghrib pada akhir Ramadhan. Bahkan hamba sahaya di zaman dahulu pun tak luput dari kewajiban ini, menandakan bahwa zakat fitrah memiliki cakupan yang sangat luas dalam pelaksanaannya.
Kata “fitrah” berasal dari bahasa Arab yang berarti asal kejadian atau penciptaan awal yang suci. Dalam konteks zakat, maknanya adalah kembali kepada kesucian, fitrah manusia yang bersih dari dosa. Maka dari itu, zakat fitrah mengandung makna penyucian diri dan jiwa seorang Muslim agar kembali kepada keadaan fitrah, bersih dari noda dosa setelah menjalankan ibadah puasa sebulan penuh.
Zakat ini berfungsi sebagai penutup ibadah puasa Ramadhan, ibarat tanda penyempurna agar amal ibadah selama bulan suci tidak rusak karena kelalaian dalam perbuatan atau ucapan yang sia-sia. Hal ini menjadi pelengkap amalan puasa, memperkuat ikatan spiritual dan sosial di antara sesama Muslim.
Selain itu, zakat fitrah juga menjadi bentuk kepedulian sosial yang tinggi. Dengan zakat ini, kaum miskin dan dhuafa ikut merasakan kebahagiaan pada hari kemenangan, yaitu Idul Fitri. Zakat fitrah bukan hanya bentuk amal, tetapi juga simbol kebersamaan dan persatuan umat Islam. Melalui penyaluran zakat ini, masyarakat yang kurang mampu dapat turut bergembira dan bersuka cita dalam merayakan Idul Fitri bersama yang lainnya.

Dasar Hukum Membayar Zakat Fitrah Adalah Kewajiban
Dalil Al-Qur’an
Meskipun dalil yang secara eksplisit menyebutkan zakat fitrah tidak ditemukan dalam Al-Qur’an, namun kewajiban zakat secara umum dijelaskan dalam banyak ayat. Salah satunya adalah:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka…” (QS. At-Taubah: 103)
Meskipun ayat ini merujuk pada zakat maal, namun prinsip pensucian diri juga berlaku dalam zakat fitrah. Karena itu, ulama menyimpulkan bahwa hukum membayar zakat fitrah adalah wajib sebagai bentuk pelengkap ibadah puasa Ramadhan.
Ayat tersebut memperkuat pentingnya zakat dalam menyucikan jiwa dan membersihkan diri dari kekurangan dan kesalahan selama beribadah. Dengan mengeluarkan zakat fitrah, seorang Muslim secara simbolis membersihkan ibadah puasanya dari kekurangan dan menjadikannya lebih sempurna di sisi Allah.
Hadis Shahih dari Nabi Muhammad SAW
Dalil yang paling kuat tentang kewajiban zakat fitrah berasal dari hadis Rasulullah SAW:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mewajibkan zakat fitrah sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dari perkataan yang sia-sia dan kotor, serta sebagai makanan bagi orang miskin.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Hadis ini menunjukkan bahwa hukum membayar zakat fitrah adalah fardhu ain (wajib) bagi setiap individu Muslim. Dalam hadis lain dijelaskan bahwa Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah kepada setiap Muslim, baik kecil maupun besar, laki-laki maupun perempuan, merdeka maupun budak.
Dengan adanya dalil yang sangat jelas dari hadis, tidak ada alasan bagi umat Muslim untuk meragukan kewajiban ini. Bahkan para sahabat Nabi pun melaksanakannya secara konsisten setiap tahun. Mereka menjadikan zakat fitrah sebagai amalan rutin yang tidak boleh ditinggalkan menjelang Hari Raya Idul Fitri.

Kapan Zakat Fitrah Menjadi Wajib?
Waktu Wajibnya Zakat Fitrah
Menurut mayoritas ulama, waktu wajibnya zakat fitrah dimulai saat matahari terbenam di hari terakhir bulan Ramadhan, yaitu malam takbiran. Siapa saja yang masih hidup dan memenuhi syarat pada saat itu, maka ia wajib membayar zakat fitrah.
Waktu penunaian zakat fitrah ini berlangsung sejak malam takbiran hingga sebelum pelaksanaan shalat Idul Fitri. Namun, dianjurkan untuk membayarnya lebih awal, terutama pada hari-hari terakhir Ramadhan, agar dapat disalurkan tepat waktu kepada mustahik (penerima zakat).
Batas Waktu Pembayaran Zakat Fitrah
Pembayaran zakat fitrah yang terbaik adalah sebelum shalat Idul Fitri dilaksanakan. Jika dibayar setelah itu, maka hukumnya tidak lagi sebagai zakat melainkan sedekah biasa. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi:
“Barang siapa yang menunaikan sebelum shalat, maka itu adalah zakat yang diterima. Barang siapa yang menunaikannya setelah shalat, maka itu hanyalah sedekah dari sedekah biasa.” (HR. Abu Dawud)
Berdasarkan hadis ini, kita memahami pentingnya waktu dalam menunaikan zakat fitrah. Keterlambatan dalam pembayaran zakat fitrah akan mengurangi nilai spiritualnya dan menggugurkan keutamaan ibadah zakat itu sendiri.
Syarat Wajib Zakat Fitrah
Beragama Islam
Zakat fitrah hanya diwajibkan kepada Muslim. Non-Muslim tidak dibebani kewajiban ini karena zakat merupakan ibadah yang terkait langsung dengan keimanan.
Hidup di Akhir Ramadhan
Orang yang meninggal sebelum malam Idul Fitri tidak terkena kewajiban zakat fitrah. Sebaliknya, bayi yang lahir sebelum maghrib di akhir Ramadhan wajib dibayarkan zakatnya oleh walinya. Ini menunjukkan betapa telitinya Islam dalam menetapkan syarat-syarat ibadah.
Memiliki Kelebihan Harta
Seseorang yang memiliki kelebihan makanan pokok pada malam dan hari raya Idul Fitri bagi dirinya dan orang-orang yang ditanggungnya wajib menunaikan zakat fitrah. Hal ini menunjukkan bahwa Islam tidak membebani yang tidak mampu, tetapi sangat menganjurkan yang mampu untuk membantu sesama.
Besaran dan Jenis Zakat Fitrah
Takaran Zakat Fitrah
Besaran zakat fitrah adalah satu sha’ makanan pokok di tempat tinggalnya, yang kira-kira setara dengan 2,5 – 3 kilogram. Takaran ini bersifat tetap dan diambil dari praktik langsung Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.
Jenis Makanan Pokok
Zakat fitrah dapat berupa beras, gandum, kurma, kismis, atau makanan pokok lainnya sesuai daerah masing-masing. Di Indonesia, zakat fitrah umumnya dibayarkan dengan beras, yang merupakan makanan pokok masyarakat secara umum.
Bolehkah Zakat Fitrah dengan Uang?
Ulama berbeda pendapat terkait kebolehan membayar zakat fitrah dengan uang. Mazhab Hanafi membolehkan, sedangkan mayoritas mazhab lain mensyaratkan dengan makanan pokok. Namun, dalam kondisi tertentu, membayar dengan uang dianggap lebih bermanfaat bagi penerima, seperti dalam situasi darurat atau ketika distribusi makanan tidak efisien.
Hikmah dan Tujuan Zakat Fitrah
Membersihkan Diri
Sebagaimana disebutkan dalam hadis, zakat fitrah berfungsi sebagai penyuci jiwa dari segala hal yang mengurangi pahala puasa, seperti ucapan sia-sia dan perilaku buruk. Zakat fitrah menjadi semacam “penebus” atas segala kekurangan dalam ibadah puasa.
Menyempurnakan Ibadah Puasa
Puasa Ramadhan akan menjadi lebih sempurna dengan ditunaikannya zakat fitrah. Zakat ini merupakan penutup dan penyempurna ibadah puasa sebagaimana sujud sahwi menyempurnakan shalat yang terlupa.
Membantu Kaum Dhuafa
Zakat fitrah disalurkan kepada fakir miskin sehingga mereka juga bisa merasakan kebahagiaan di Hari Raya Idul Fitri. Dengan demikian, tidak ada satu pun Muslim yang merasa terpinggirkan pada hari kemenangan.
Hukum Membayar Zakat Fitrah Adalah Wajib Menurut Ulama
Ijma’ (Konsensus Ulama)
Seluruh ulama dari empat mazhab sepakat bahwa hukum membayar zakat fitrah adalah wajib. Tidak ada perbedaan pandangan dalam hal kewajiban ini.
Pandangan Mazhab Syafi’i
Mazhab Syafi’i mewajibkan zakat fitrah kepada setiap individu Muslim yang memiliki kelebihan harta pada malam dan hari raya Idul Fitri, tanpa memperhatikan usia atau jenis kelamin. Mereka lebih menekankan bahwa zakat ini harus berupa makanan pokok.
Pandangan Mazhab Hanafi
Mazhab Hanafi juga mewajibkan zakat fitrah, tetapi mereka memperbolehkan penggantian bentuk zakat dengan uang tunai. Menurut mereka, uang lebih fleksibel dan sesuai kebutuhan penerima.
Pandangan Mazhab Maliki dan Hanbali
Kedua mazhab ini juga mewajibkan zakat fitrah dan lebih menekankan untuk memberikannya dalam bentuk makanan pokok sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi SAW.
Konsekuensi Tidak Membayar Zakat Fitrah
Dosa dan Kehilangan Pahala
Orang yang tidak membayar zakat fitrah padahal mampu, dianggap berdosa dan puasanya menjadi kurang sempurna. Ia juga kehilangan pahala sosial dan spiritual dari zakat.
Tidak Mendapatkan Keutamaan Hari Raya
Zakat fitrah adalah bentuk kepedulian sosial yang menjadikan Hari Raya Idul Fitri sebagai momen kebersamaan. Tanpa zakat fitrah, nilai sosial dan spiritual hari raya akan berkurang, dan kesenjangan antarumat menjadi lebih nyata.
Siapa yang Bertanggung Jawab Membayar Zakat Fitrah?
Kepala Keluarga
Kepala keluarga bertanggung jawab membayar zakat fitrah untuk dirinya dan orang yang berada dalam tanggungannya, seperti istri, anak, dan pembantu jika mereka Muslim. Hal ini menunjukkan betapa Islam menjunjung tinggi nilai tanggung jawab keluarga.
Anak untuk Orang Tua?
Jika orang tua sudah tidak mampu atau uzur, maka anak boleh membayarkan zakat fitrah untuk mereka sebagai bentuk bakti. Ini adalah amalan mulia yang tidak hanya mendapatkan pahala zakat, tetapi juga pahala birrul walidain (berbakti kepada orang tua).
Kesimpulan: Mengapa Hukum Membayar Zakat Fitrah Adalah Wajib
Zakat fitrah merupakan ibadah yang memiliki nilai sosial dan spiritual tinggi. Hukum membayar zakat fitrah adalah wajib berdasarkan hadis Nabi SAW, ijma’ ulama, dan praktik para sahabat. Kewajiban ini tidak hanya untuk menyucikan diri, tetapi juga menumbuhkan solidaritas dan kepedulian kepada sesama. Maka, sangat penting bagi setiap Muslim untuk memahami dan menunaikan zakat fitrah tepat waktu dan sesuai ketentuan.
Dengan memahami dalil dan hukum membayar zakat fitrah adalah kewajiban, semoga kita termasuk golongan yang mensucikan diri dan mendapatkan keberkahan di hari yang fitri. Wallahu a’lam.
Baca juga artikel lainnya : https://ziswap.com/benarkah-zakat-fitrah-orang-tua-dibayarkan-oleh-anak-ini-hukumnya/